Zaini Bukan Profesor – LINTAS GAYO

Zaini Bukan Profesor – LINTAS GAYO

Keterangan foto..meski bukan Profesor, Doktor stau Insinyur, tapi Zaini, petani kopi di Blang Gele, selalu didatangi orang untuk belajar kopi. Sayangnya, sarana dan prasarana disana sangat minim. Karena dibangun Zaini dengan dana pribadinya. Zaini berharap, Pemda, swasta dan Dprk ikut tergerak membantu.Untuk mencerdaskan anak petani. (Foto:Wrb)

Catatan: Win Ruhdi Batin

10 orang siswi SMK -PP, sedang melakukan Merdeka Belajar di Kebun Zaini , Blang Gele Takengon .SMK-PP Negeri Saree, dengan nama lengkap Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Pertanian Negeri Saree adalah sebuah Sekolah Menengah Kejuruan milik Provinsi Aceh yang berlokasi di Wilayah Saree Sukadamai, Lembah Seulawah, Aceh Besar, Aceh, Indonesia. Sekolah ini mulai dibangun pada tahun 1967.Kesepuluh siswa ini akan praktek selama tiga bulan disana. Selama tiga bulan , siswa 8mi mendapat 540 jam belajar.Dengan materi 29 – 35 materi, semua tentang kopi Arabica. Dari pembibitan hingga pasar dunia.

Zaini tidak bergelar Profesor, Doktor, Insinyur. Hanya warga biasa yang belajar ilmu kopi secara otodidak dan ilmu pengalaman.Namun, banyak sekolah resmi pertanian di Aceh memintanya mendidik siswa dan mahasiswa mereka bersama Zaini.Sebagian tawaran mendidik siswa ini terpaksa ditolak Zaini, karena keterbatasan tempat di kebunnya.Lahannya yang 5 rante, selain intuk kebun kopi, rumah pribadinya. Selebihnya dibangun Zaini fasilitas tempat untuk belajar dan praktek bertani kopi.

Zaini yang memiliki kemampuan keuangan terbatas untuk sarana dan prasarana belajar, pernah menawarkan tanahnya untuk fibangun sarana publik belajar.Lewat aspirasi Dprk, Csr perusahaan dan dinas terkait. Tapi tak satupun dari lembaga itu bisa membantu. Padahal Zaini berani bertanggunghawab untuk semua sarana itu dengan menghibahkan tanahnya.Zaini yang mengajar dan mendidik generasi berikutnya mahir bertani modern, ternyata tidak didukung instansi manapun.

Akhirnya Zaini mengelola sendiri, dengan dana pribadinya yang seadanya dan terbatas. Pertanyaannya adalah jika orang sekelas Zaini yang mengabdikan dirinya mendidik orang lain tidak mendapat bantuan.Lalu kemana perginya dana dana daerah Csr dan aspirasi wakil rakyat. Apakah mereka tidak melihat orang yang sudah menunjukkan kinerja dan dedikasinya untuk daerah?Zaini seharusnya bisa dibantu sarana, prasarana. Seperti ruang aula yang representatif, asrama yang layak. Mobil dinas, mesin roasting dan laboratorium cupping kopi. Sayangnnya Zaini tak mendapat itu semua. Meski dibutuhkannya. Bukan diinginkannya. Bagi Zaini, semua itu baru mimpi.

Pun begitu, Zaini percaya masih ada orang baik dan lurus diluar sana yang bisa mewujudka mimpinya, meski entah oleh siapa dan kapan.Zaini ingin beramal dengan fasilitas yang memadai untuk generasi berikutnya.

Share

Tweet

Whatsapp

Messenger

Share

Email

Comments

comments